SURABAYA – Dinamika global tak pelak memunculkan tantangan-tantangan baru bagi manusia, terlebih dengan kemajuan teknologi. Berbagai sektor kehidupan semakin dinamis dan kreatif, termasuk dalam sektor ekonomi. Industri ekonomi kreatif adalah salah satu jalan ninja untuk menunjang manusia di era global ini. Sebagai individu, manusia harus senantiasa pula mengasah kemampuan agar tetap relevan dalam berkarir.
Fenomena ini kemudian dijadikan ajang berdiskusi oleh Airlangga Forum, sebuah inisiasi dari Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (UNAIR). Dengan bertajuk Membangun Masyarakat Tangguh Menghadapi Dinamika Global, forum berformat talkshow ini mengundang beberapa pakar ternama UNAIR. Misalnya saja, IGAK Satrya Wibawa SSos MCA PhD Ketua Peminatan S2 Industri Kreatif Sekolah Pascasarjana UNAIR, Selasa (19/7/2022).
Sosok yang akrab disapa Igak tersebut menekankan bahwa kemampuan kreatif individu ini telah lama dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Hanya saja, kapitalisasi dari kemampuan kreatif memang cenderung baru. Sekarang tinggal bagaimana caranya memaksimalkan skill seperti pemahaman teknologi dan manajemen sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan industri ekonomi kreatif global.
Kemampuan Kreatif
Dosen S1 Ilmu Komunikasi UNAIR tersebut juga menambahkan bahwa tidak hanya kreativitas saja yang penting, tetapi juga kemampuan melihat dan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar manusia. Misalnya saja dari jasa pariwisata, seni kriya, makanan, games, buku, dan berbagai hal lain yang bisa menghasilkan kapital dalam konteks industri.
“Mana yang bisa dikembangkan dan bertahan? Mana yang jangka pendek dan ekspansif? Manusia harus bisa kompetitif, karena kita tidak hanya berkompetisi dengan tetangga tetapi juga orang lain di luar sana, ” ujar Igak.
Baca juga:
UKM Biru Flying Club UMM Di Lanud Abd Saleh
|
Ilustrasi produk ekonomi kreatif. (Foto: Kompas)
Kekhawatiran mengenai ketahanan ekonomi kreatif wajar saja jika kemudian muncul. “Pandemi Covid-19 membuat sektor ekonomi kreatif menjadi salah satu komponen masyarakat yang pertama kali terpukul, ” ujar alumni doktoral Curtin University tersebut. Pasalnya, lanjutnya, elemen-elemen ekonomi kreatif seperti kerumunan dan mobilitas masyarakat menjadi sangat dibatasi.
Namun, kata pakar teori film UNAIR itu, ekonomi kreatif juga menjadi sektor yang pertama kali bangkit di masa pandemi. Masyarakat mulai mengenal pertunjukan musik virtual, kunjungan wisata daring, hingga masker dan pembersih tangan sebagai bagian dari fesyen. Hal-hal yang mungkin sebelum pandemi tidak dikenal, tetapi kini berkembang pesat sebagai bisnis.
“Pandemi memberikan pelajaran berharga bahwa ekonomi kreatif dapat menjadi inovatif, adaptif, dan adoptif. Kita harus melihat peluang sekecil apapun untuk diformulasikan di pasar yang lebih luas. Industri kreatif juga kembali mengandalkan individu agar cukup cerdas dalam memetakan peluang, ” jelas Igak. (*)
Penulis: Deanita Nurkhalisa
Editor: Binti Q. Masruroh